“Sapaan yang kami gunakan sehari – hari yah masih sama seperti sapaan yang di Bali.” Jawaban yang sama kami dapat jika bertanya tentang sapaan yang biasa penduduk Hindu Bali gunakan dalam berkomunikasi sehari – hari . Jika pada masyarakat Jawa ada pemberian nama berdasarkan hari kelahiran, maka pada masyarakat Hindu Bali ada pemberian nama berdasarkan urutan kelahiran, yaitu :
a) Pada anak pertama : Wayan / Putu
b) Pada anak kedua : Made / Kadek / Nengah
c) Pada anak ketiga : Nyoman / Komang
d) Pada anak keempat : Ketut
e) Pada anak kelima : kembali kesebutan yang pertama
Pemberian nama pada laki – laki diawali dengan “I” dan perempuan “Ni”, misalnya nama perempuan anak kedua : Ni Made Saraswaty, dan pemberian nama pada anak laki – laki yang pertama : I Putu Sugiono . Ada juga sapaan yang biasa digunakan pada bapak : Bape, ibu : Memi / Meme, abang : Bli, kakak atau adik : Gek / Mbok, nenek : Dadong, kakek : Kaki.
Dalam garis keturunan, masyarakat Hindu Bali menganut sistem Patrilineal yaitu garis keturunan berdasarkan laki – laki. Masyarakat Hindu Bali dapat menikah dengan sepupu perempuannya (misan) yang merupakan anak dari adik atau kakak ibu. Namun, ia tidak dapat menikah dengan sepupu yang dari bapak kerena itu merupakan sepupu sedarahnya. Dalam masyarakat Hindu Bali, anak perempuan diberikan kebebasan dalam memilih pasangan hidupnya namun tidak bagi anak laki – laki kerena kelak anak laki – lakilah yang akan meneruskan garis keturunan pada generasi – generasi selanjutnya. Sistem kekerabatan yang terlihat di Kampung Bali masih terasa kental karena dalam berkomunikasi dengan sesamanya, mereka menggunakan nama urutan kelahiran yang mereka anggap lebih sopan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar