Sukaduka adalah salah satu dari organisasi sosial yang ada pada masyarakat Hindu Bali yang tinggal di Kampung Bali. Organisasi ini sudah berdiri sangat lama dan organisasi inilah yang membantu pembangunan pura pada saat pertama sekali. Organisasi Sukaduka ini di ketuai oleh anak dari bapak wakil pemangku Kampung Bali, nama ketuanya adalah I Nengah Karyadi. Pada saat hendak melakukan wawancara dengan I Nengah Karyadi, beliau tidak mau keluar karena malu sehingga kami hanya berwawancara dengan isterinya. Fungsi dari organisasi ini adalah untuk mengurus masyarakat, mengurus pura, dan juga mengurus biaya – biaya yang dibutuhkan untuk keperluan pura. Pemilihan ketua Sukaduka ini berdasarkan permintaan warga yang kemudian di setujui dan disahkan oleh ketua Sukaduka yang ada di Medan.
Arisan adalah kegiatan perempuan yang rutin dilakukan setiap minggu, namun arisan di Kampung Bali ini hanya berupa penyetoran uang setiap hari minggu pada kadus dan tidak ditentukan nominal yang harus diberikan . Berbeda dengan arisan yang sering kita lihat dikota, jika sedang mengadakan arisan maka ibu – ibu akan menyiapkan rumah dan makanannya untuk menyambut tamu – tamu yang akan datang. Namun ada suatu peraturan dalam kegiatan arisan ini, yaitu siapa yang mendapat giliran mendapat uang maka ia harus menghibahkan uangnya untuk pembangunan pura dan jumlah uang yang ingin dihibahkan tidak ditentukan atau dengan kata lain setiap orang berhak memberikan berapa uang yang akan dihibahkannya.
Laki – laki Kampung Bali juga memiliki kewajiban untuk menyetorkan uang sebesar Rp10.000,- setiap bulannya pada bendahara Sukaduka . Uang yang mereka setorkan berguna untuk pembangunan pura, sehingga kita tidak perlu heran jika setiap tahun pura tersebut terus mengalami pembangunan . Kesadaran warga dan rasa perduli pada rumah ibadah sangat terasa pada masyarakat Hindu Bali ini, mereka tidak membeda – bedakan orang dalam menyumbang dan juga tidak menetapkan biaya kutipan yang besar untuk tiap bulannya sehingga setiap orang mampu untuk membayar uang kutipan tersebut. Terkadang ada juga penduduk yang menyumbangkan uangnya untuk keperluan pura jika ia mendapat rezeki, misalnya ketika ia panen karet atau sawit.
Organisasi Persatuan Muda/i Hindu Dharma Kampung Bali adalah organisasi khusus bagi pemuda dan pemudi Hindu Bali, yang anggotanya sekitar 25 orang. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi ini adalah : (1) belajar agama pada setiap malam senin jika cuaca memungkinkan dan ada 3 orang pengajar mereka yang mengajar secara bergantian, yaitu Pinandita, Ketua, ataupun penduduk Hindu Bali yang telah lulus sarjana ilmu agama. (2) belajar membuat simbol – simbol yang juga dilakukan setiap malam senin setelah selesai belajar agama, mereka diajarkan untuk membuat simbol – simbol yang berguna untuk menghias pura ataupun rumah mereka, mis : membuat janur, dan yang mengajar mereka adalah para ibu – ibu . (3) belajar menari bagi anak – anak SMP, SMA, dan mahasiswa/i . Organisasi ini tidak mengajar tarian pada anak – anak kecil karena jadwal latihan nari mereka yang dilakukan pada malam hari, yaitu malam selasa dan malam jum’at. Yang mengajar nari adalah anak dari pak pemangku, dahulu ia pernah sekolah di Bali dan belajar tentang tari – tarian Bali, ternyata ada beberapa tarian sakral Bali yang hanya dapat ditarikan di dalam pura karena tarian tersebut tertuju pada Ida Sanghyang Widhi Wasa . Ida Sanghyang Widhi Wasa adalah sebutan bagi Tuhan pencipta semesta dan penuh kasih bagi masyarakat Hindu Bali. (4) membantu jika ada kegiatan yang akan dilakukan di pura, misalnya dengan menghias pura dengan janur – janur .
Pemilihan Pinandita di Kampung Bali adalah berdasarkan sistem garis keturunan. Namun jika belum siap maka dilakukan pemilihan, jika tidak datat dilakukan dengan pemilihan maka dilakukan pemangsit, yaitu dengan cara berdoa sebanyak 3 kali meminta petunjuk pada Ida Sanghyang Widhi Wasa, dan jika tidak dapat juga maka dilakukan dengan cara pakai kwangen, yaitu suatu rangkaian bunga – bunga dan daun sirih yang diisi bunga khusus dan diberi pada setiap laki – laki dan kemudian siapa yang dapat kwangen yang berisi bunga khusus tersebut, maka ialah yang akan menjadi pinandita .
“Kepengurusan dalam hal keagamaan adalah kepengurusan yang tanpa pamrih, sehingga saya pernah menjabat sebagai bendahara selama 25 tahun” jelas Pak I Nengah Samba kepada kami . Namun untuk menjadi Pinandita, hendaknya harus berdasarkan keturunan, seperti Bapak I Dewa Putu Dana adalah seorang Pinandita yang terpilih berdasarkan garis keturunan, beliau merupakan generasi ketiga di Kampung Bali dan sudah tiga tahun menjabat sebagai Pinandita. Penduduk yang ada di Kampung Bali ini kebanyakan berasal dari keturunan sudra dan kesatria. Salah satu keturunan ksatria adalah Bapak I Dewa Putu Dana, pemangku ataupun pinandita yang dipilih menurut keturunan akan lebih baik karena ia akan lebih memahami dan menghafal matra – mantra yang ada pada Weda. Bapak I Nengah Samba yang juga merupakan wakil dari pemangku berkata bahwa sangat banyak dan panjang mantra – mantra yang harus dihafal ketika upacara ataupun sembhayang sehingga terkadang jika tidak sanggup menghafalnya, maka mantra dapat ditulis dikertas dan dibacakan pada saat sembayang ataupun upacara .
Pada organisasi kepemerintahan telah ditetapkan bahwa yang dapat menjadi kepala dusun di Kampung Bali harus berasal dari penduduk Hindu Bali meskipun ada juga penduduk non Hindu Bali, namun dalam pemilihan kepala desa belum pernah ada calon dari penduduk Hindu Bali. Suatu konflik yang terjadi Kampung Bali adalah tentang pengangkatan kepala dusun yang tidak diketahui oleh warga. Kepala dusun sebelumnya adalah orang tua dari kepala dusun yang sekarang dan kepala desa yang sedang menjabat adalah abang dari isteri kepala dusun, Bapak I Nyoman Sumandro. Pengangkatan secara sepihak tersebut telah menimbulkan keresahan pada warga sehingga mereka mengadukan keberatan tersebut pada kepala desa dan kepala desa meminta agar warga mencari sendiri siapa calon yang cocok untuk menjadi kepala dusun Kampung Bali, namun sampai saat ini mereka belum juga menemukan orang yang cocok untuk diangkat sebagai kepala dusun. Keadaan ini terkadang membuat warga bingung ketika ada suatu kasus yang ada dimasyarakat kepada siapa mereka mengadu, pada kepala dusun yang sekarang atau pada kepala dusun yang dahulu, yaitu orangtua dari kepala dusun yang sekarang karena tidak jelasan yang sedang terjadi di masyarakat.
Kabar pemilihan umum pada masyarakat Hindu Bali disampaikan oleh dusun, kemudian biasanya akan ada kampanye – kampanye yang dilakukan langsung oleh si calon wakil rakyat atau pun tim suksesnya. Sebagai contoh kampanye yang dilakukan Syamsul Arifin sebelum pemilu, ia datang ke Kampung Bali dan mendirikan sekolah serta memperbaiki jalan – jalan yang ada di Kampung Bali. Namun setelah penduduk memilihnya dan ketika ia menang menjadi wakil rakyat di pemerintahan, ia menjadi lupa akan penduduk Kampung Bali dan janji – janji yang ia ucapkan dahulu . Namun tidak jarang mereka juga memilih wakil yang sesuai dengan hati nurani mereka sekalipun calon ataupun tim sukses dari calon tersebut tidak pernah melakukan kampanye di Kampung Bali maupun Desa Paya Tusam .
good.
BalasHapus